Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Situbondo Butuh Museum

Senin, 04 Agustus 2025 | 11:58 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-04T04:58:41Z

                                       Kolom

                               Agung Hariyanto


Jarak batas wilayah Kabupaten Situbondo dengan gerbang barat adalah perbatasan Banyuglugur dan wilayah timur adalah Banyuputih sejauh kurang lebih 100,7 Kilometer dengan jarak tempuh perjalanan sekitar 2 jam menyimpan banyak potensi untuk dikembangkan.


Salah satunya potensi pengembangan berupa museum sebagai sarana atau media edukasi dan wisata. Sejauh mana nilai pentingnya?


Sebenarnya gagasan ini sejak kepulangan saya dari kegiatan acara Hari Museum Indonesia yang diselenggarakan di Bali, yakni pada tahun 2022, bertempat di Hotel Paradise Seminyak. Tujuan menulis artikel ini sebagai salah satu pemetaan potensi Kabupaten Situbondo di bidang sejarah dan permuseuman, karena beberapa perwakilan dari ketua atau pengurus tiap-tiap museum seluruh Indonesia memberikan pemaparan yang menjadi bahan renungan yang akan saya bawa pulang ke Situbondo.


Sungguh tercerahkan pikiran saya tentang museum itu sendiri. Museum yang bukan hanya sekedar bangunan yang di dalamnya menyimpan benda yang memiliki nilai sejarah, tetapi juga museum sebagai tempat berkreasi, tempat belajar, tempat wisata bahkan museum menjadi salah satu jembatan peradaban masa lalu, hari ini dan masa depan.


Jika kita membaca kembali tulisan saya diatas pada paragraf awal, begitulah wajah Situbondo. Bentangan daratan dari ujung timur sampai ujung barat terdiri batas utara perairan dan batas selatan perbukitan dan pegunungan.


Saya coba menelisik satu persatu, sekiranya apa yang bisa dijadikan potensi berdirinya sebuah museum di Situbondo. Ternyata sungguh mengejutkan. Kabupaten yang selama ini dikenal sebagai kabupaten adem ayem, persinggahan para pengguna jalur darat dari Jakarta menuju bali atau sebaliknya justru menyimpan potensi karakter museum yang berbeda dan sangat banyak.


Kenapa baru sekarang saya bisa melihat potensi keren itu? Bahkan mungkin sebagian besar masyarakat Situbondo pun mengalami apa yang saya rasakan juga. Untuk wisata sejarah atau berkunjung ke sebuah museum harus pergi ke luar wilayah Situbondo.


Kesadaran melek sejarah seperti sebuah batu bara yang belum dibakar oleh masyarakat Situbondo. Batu bara hanya akan menjadi seonggok material batu hitam jika tidak diolah dan dimanfaatkan. 


Begitupun potensi dan nilai-nilai sejarah di Situbondo, hanya akan menjadi sesuatu yang usang dan terlewatkan bagi masyarakat Situbondo, terutama bagi generasi mudanya.


Mari kita bedah satu persatu potensi jejak sejarah yang bisa menjadi ruang publik permuseuman di Situbondo, kita mulai dari wilayah barat. 

1. Gedung Rumah Dinas Residen Besuki dan Gedung Bupati Besuki. Sejarah mencatat bahwa bangunan tersebut merupakan peninggalan era kolonial belanda pada abad 19. Selain itu, di sekitar wilayah barat (Besukian) terdapat juga tinggalan-tinggalan kebudayaan megalitik terutama pada Besuki bagian selatan. Kisah Ki Pate Alos sebagai tokoh besar wilayah barat Situbondo juga menjadi daya dukung kuat berdirinya sebuah museum. 


Pernak-pernik tinggalan yang masih ada di masyarakat juga akan menjadi saksi bisu jika suatu saat menjadi koleksi museum yang saya andaikan Gedung Rumah Dinas Residen Besuki menjadi sebuah Museum. Dan ini sangat monumental sebab hingga kini, belum ada gedung eks karesidenan dijadikan sebagai sebuah museum.


2. Potensi Pabrik Gula, menjadi salah satu museum di Situbondo. Era kolonial benar-benar mendominasi kisah perjalanan panjang kehidupan masyarakat Situbondo. Tercatat dalam sejarah peradaban Indonesia, Situbondo pernah menjadi daerah penghasil gula terbesar se Indonesia, bahkan sampai menjangkau perdagangan luar negeri. Ada sekitar 6 Pabrik Gula saat tahun 90-an aktif beroperasi saat itu. 

a. PG. Asembagus 

b. PG. Panji

c. PG. Tanjungsari

d. PG. Olean

e. PG. Wringinanom 

f. PG. Deemas

Kini hanya tinggal 3 Pabrik Gula yang aktif beroperasi. Sisanya tidak aktif dan menjadi gedung tua. Jika dimanfaatkan secara sosial, salah satu bekas PG tersebut bisa menjadi museum di Situbondo.

3. Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, berlokasi di Dusun Sukorejo, Desa Sumberejo, Kecamatan Banyuputih. Juga memiliki potensi berdirinya sebuah museum. Salah satu tokoh besar yang dinobatkan sebagai salah satu pahlawan nasional ada di sana. 


KHR. As'ad Syamsul Arifin, adalah salah satu tokoh gerakan perjuangan masyarakat Situbondo di era kolonial menjadi bukti bahwa Situbondo wilayah timur juga menyimpan kisah perjalanan kehidupan masyarakat Situbondo. 


Ketokohan beliau di level nasional termasuk salah satu tokoh pendiri NU pun menjadi coretan tinta emas dan kebanggaan tersendiri bagi warga Situbondo. Daya dukung tak hanya dunia pesantren besar, tetapi juga menjelma menjadi salah satu pusat studi keislaman dan pendidikan formal terkemuka di wilayah Tapal kuda Jawa Timur.


4. Taman Nasional Baluran, potensi pengembangan tak hanya tentang wisata flora dan fauna di alam bebas. Keanekaragaman hayati pada tiap zona bisa menjadi potensi berdirinya sebuah museum flora dan fauna. 


Taman Nasional Baluran merupakan salah satu Taman Nasional pertama di Indonesia. Museum Flora dan Fauna Baluran juga bisa menjadi sarana edukasi kepada masyarakat dan sekaligus menjadi salah satu spot wisata saat kita akan berkunjung masuk ke Taman Nasional Baluran.



6. Museum Balumbung (sudah berdiri tahun 2020) hingga kini keberadaan museum satu-satunya di Kabupaten Situbondo. Museum ini berdiri secara swadaya masyarakat yang dikelola langsung oleh kelompok masyarakat dalam naungan lembaga Yayasan Museum Balumbung Situbondo. Lembaga ini aktif berperan secara sosial baik di level Situbondo sendiri maupun memberikan pelayanan data serta studi bagi perseorangan, universitas dan lembaga secara nasional. 


Harapan saya, tentu seiring dengan harapan teman-teman basis komunitas yang selama ini kerap "berdarah-darah" di lapangan, yakni memaksimalkan potensi tersebut di atas sebagai bagian dari upaya mengedukasi masyarakat lebih mengenal jati dirinya sebagai bangsa yang bermartabat.(*)


Agung Hariyanto adalah aktivis kebudayaan di Kabupaten Situbondo, anggota TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) Kabupaten Situbondo, salah satu pendiri dan Pengawas Yayasan Museum Balumbung Situbondo, juga pendiri dan Ketua Pokdarwis Terpadu Soeradikara Situbondo.

×
Berita Terbaru Update